[ Filosofi Hidrolisis dan kenetralannya ]


  

Kita mungkin tidak asing dengan kata “netral” bukan ?  iya, netral menurut KBBI tidak berpihak, tidak berwarna, tidak berkelompok, bebas. Dalam Kimia, netral berarti tidak asam dan tidak basa. Salah satu contoh yang bisa dikatakan  memiliki sifat netral adalah air yang jika berada pada suhu rendah ia akan membeku dan jika ada pada suhu tinggi ia akan menguap, saya yakin kita tahu  itu.

Membahas kata netral, hal ini seolah tidak asing dalam sikon tertentu, contoh saat pemilu capres tahun 2019 – 2024  yang sukses mempopularkan  Kubu Cebong dan Kubu  Kampret yang nyatanya hal semacam itu seperti label tersendiri bagi beberapa orang yang berujung pada suatu tindakan diskriminasi. Terlepas dari kubu cebong – kampret, kanan – kiri, dan ada beberapa orang yang dengan alasan  tertentu memilih menjadi kubu tengah, ya kubu  netral.

Orang orang dengan kubu netral memiliki dampak yang sama yaitu positif dan negatif.  Mereka memiliki langkah dan cara tersendiri  yang mungkin orang  awam akan  menganggapnya aneh, asing, atau bahkan sampai kearah sok suci. Disatu sisi mereka seakan seperti memiliki prinsip hidup yang berbeda dari yang lain yaitu berupa ketidakberpihakan.

Hal itu tampaknya akan menjadi baik jika mereka netral dengan beralasan karena tidak ingin memperkeruh susasana tertentu. Bagaimanapun juga,  kita butuh indikator penyeimbang semacam  larutan buffer dalam ekosistem semesta bernama kehidupan.

Contoh  saat  pemilu yang melahirkan 2 kubu diatas, sering kita menyaksikan banyak hal semacam saling menjatuhkan satu sama lain atas nama kebenaran. Mungkin menjadi satu agen perubahan penyuara kebenaran adalah  hal yang sama-sama pernah kita jadikan wishlist tertinggi di hidup kita, namun ternyata tak jarang pula dengan menyuarakan kebenaran justru kita melakukan kesalahan yang harusnya tidak perlu kita lakukan.

Kita dengan bangganya menampilkan keburukan-keburukan lawan agar dunia tau  siapa sebenarnya kedok di balik topeng  yang biasa ditunjukan ke publik tanpa kita usut lebih dalam. Okelah jika kabar itu benar, namun jika ternyata kabar yang kita beberkan hanyalah kabar burung semata yang sedang hangat, kabar konspirasi yang didalamnya mengungkapkan kebencian dan memperkeruh suasana hal itu justru akan menyulut api yang tidak berkesudahan.

Dibanding menjadi agen tersebut, sepertinya alangkah baiknya bila kita mengkoreksi dan membenah diri lalu menata hal baik dimulai dari yang kecil dahulu. Ya mungkin kita memang berpihak terhadap salah satu hal, tapi bukan berarti lawan dari yang kita banggakan tersebut sepenuhnya jelek, rusak, atau cela.

Kita tidak pernah tau apa yang terjadi sebenarnya, sebelum kita benar-benar menjai orang tersebut, itulah yang seharusnya kita jadikan acuan awal saat ingin menghakimi sesuatu.akhir kata keputusan yang kita pilih adalah diam dan seolah netral.

Namun , jika ternyata kenetralan kita justru membuat keambiguan tersendiri yang ternyata hal itu menimbulkan  masalah baru yang mungkin akan menjadi lebih besar. Apakah baik kiranya menjadi orang netral ?

Misal, disini kita akan sedikit mengulas uniknya seorang wanita yang terkadang bagi saya yang  juga wanita, ini adalah pandangan stereotipe semata, namun di suatu sikon tertentu saya terkadang setuju  jika makna “terserah-nya” wanita adalah sebuah teka-teki besar di alam  raya ini.

Mungkin awalnya wanita menyematkan  kata terserah dalam sebuah jawaban atas suatu penawaran tertentu , beralasan karena mereka memang bingung dalam menentukan pilihan yang ada, yang kebetulan tawaran plihan tersebut tidak ada yang menyerempet dengan hal yang  ia sukai. 

Misal saya hobi naik gunung,  tiba-tiba ada orang yang menawarkan pilih pantai atau danau. Jelas saya bingung, karena nyatanya di dalam pilihan itu saya tidak menemukan ketertarikan yang  lebih, coba saja jika pilihannya langsu ng mengarah pantai atau gu nung ? jelas tanpa harus berdebat dengan diri sendiri, saya akan  menjawab gunung.

Nah ini awal mula kata “terserah” muncul dari mulut wanita, alih-alih ia berharap mendapatakan jawaban terbaik dari sang  lawan bicara, ternyata hasil yang lawan bicara putuskan  masih belum pas.  Nah disini munculah kebimbangan seesorang  ( biasanya pria ) yang mulai tidak mengerti dalam  memaknai kata terserah bagi perspektif wanita.

Alangkah baiknya mungkin, wanita lebih mencoba menjawab dengan ajakan yang ia sukai, misal jika jawaban dari pria ternyata masih belum sreg juga, kita tawarkan  balik opsi kenginan kita ke dia. Saya yakin, jika hal ini terjadi di momen pdkt, para lelaki akan cepat mengiyakan kok hehe.

Balik lagi membahas tentang netral, kalau dalam kimia khususnya materi hidrolisis, jika kita ingin menetralkan sesuatu maka kita perlu menambahkan atau mengurangkan sesuatu agar muatan tersebut menjadi sama rata atau dalam artian tidak ada yang dominan.


Contoh aplikasi dari reaksi penetralan yang terjadi di kehidupan sehari-hari  salah satunya adalah ketika kita terserang  penyakit maag  yang menandakan asam lambung kita memproduksi HCl secara berlebih, kita butuh basa yang dapat menetralkan hal  tersebut. Biasanya kita akan diberikan obat semacam promaag atau apapun merknya yang didalamnya mengandung basa Mg(OH)2 , hasilnya akan bereaksi dan membentuk garam berupa MgCl2 yang bersifat netral.

Jadi, makna dari netral adalah unsurnya memang merupakan gabungan dari 2 atau  bahkan lebih  dari bagian lainnya, namun  netral yang kita perlukan merupakan suatu sikap dimana kita tidak memihak meski mungkin hati kecil kita tetap memiliki rasa dominan yang lebih ke suatu hal.Indikator keberpihakan  terhadap salah satu sisi jelas tetap ada walau mungkin dari sang manusia tersebut memilih menyembunyikannya dengan alasan tertentu.  

Bukankah dalam warna abu-abu sekalipun itu adalah warna gabungan antara hitam dan putih, ia tak benar benar berdiri sendiri walaupun meski akhirnya ia terbentuk menjadi bagian sendiri. Dalam prosesnya, garam memang berasal dari sesuatu hal yang asam dan basa tapi ia memilih di kehidupan sekarang menjadi gabungan yang positif dan negatif.

Begitu pula dengan air, air mengajarkan agar kita bisa membeku dan menguap di waktu tertentu karena kita butuh sifat itu, namun bukan berarti kita akan melebur sepenuhnya. Jika kiranya sikon sudah membaik atau tidak ada pergolakan yang mungkin membahayakan diri kita, kita akan kembali menjadi bentuk awal atau kembali berpihak terhadap sesuatu tanpa harus fanatik.

Kesimpulannya sekalipun kita harus menjadi netral, jadilah netral yang bijak dan dewasa. Karena bagaimanapun juga, kita harus dituntut menjadi dan seperti air yang memiliki kemampuan adaptasi terbaik

Komentar

Posting Komentar