[ Larutan Buffer yang Tidak Baperan ]


Sekilas konsonan tentang “buffer dan baper” terkesan sama dalam pelafalannya. Namun makna yang dimiliki justru berseberangan satu sama lain. Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita kaji arti larutan buffer dan baper itu dahulu.

Sejenak saya ingin mengajak kalian untuk flashback terlebih dahulu tentang Materi Kimia yaitu larutan penyangga yang semasa SMA saya dulu, saya mendapatkan materi ini saat berada pada kelas XI. Konsep-konsep dalam larutan buffer adalah konsep asam, basa, pH, kesetimbangan larutan, dan ion senama.

Secara teori, arti larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga (mempertahankan) pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air .pH larutan buffer  tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar.

Hal ini dikarenakan larutan penyangga mengandung zat terlarut bersifat “penyangga“ yang terdiri atas komponen asam dan basa. Komponen asam berfungsi menahan kenaikan pH, sedangkan komponen basa berfungsi menahan penurunan pH.

Sifat dari Larutan Buffer itu sendiri adalah tidak mudah berubah, dan tidak mudah terpengaruh.Ia menjaga konsentrasi pH dari pengaruh-pengaruh kemungkinan yang bisa merubah pH tersebut.

Mungkin secara teori singkat diatas, kita sudah bisa menangkap bahwa sifat atau garis besar dari larutan buffer ini adalah stabil, setimbang, karena memang fungsinya menyangga.

Nah berhubungan dengan konsonan yang sama, biasanya kita bisa memelesetkan buffer menjadi kosakata yang beberapa tahun kebelakang saat kata-kata gaul mulai bermunculan dan mendominasi perkosakataan di Indonesia, maraklah tersebut dan terucap kata "baper" yang berartikan bawa perasaan.

Banyak contoh yang bisa dijabarkan oleh perilaku baper, yang secara sadar atau tidak ini semacam sensitivitas atas kereaktifan perasaan seseorang di suatu kondisi tertentu. Misal, hal yang paling identik dengan perasaan adalah seseosok cantik bernama wanita. Iya, mereka memiliki presentase sekitar 75 - 80 % dominan menggunakan rasa dibandingkan logika, ini memang nyata adanya.

Biasanya baperan dikaitkan dengan rasa seseorang yang mudah cepat jatuh cinta, mudah cepat sakit hati, mudah cepat tersinggung, intinya perasaannya mudah sekali berubah, tapi bukan moody ya. Meski jika ditanya apakah ada korelasi dari baper dan mood jelas jawabannya ada.

Berhubung diatas tercantum kata wanita, saya sebagai wanitapun tidak ingin selalu dianggap bahwa wanita lemah, cengeng, baper dll hanya karena itu kodrat kita. Banyak kok pejuang wanita semacam RA Kartini, yang benar-benar memaknakan wanita  memiliki kodrat dominan perasa, namun bukan berarti kita tidak bisa mengasah kekuatan berpikir kita.

Melihat sejarah adanya emansipasi atas kesetaraan gender, melihat kisah usang atas bagaimana wanita pernah dianggap sebegitu buruk dan hinanya bagi beberapa kaum dan negara, merupakan cambuk tersendiri untuk kita wahai wanita untuk merubah mindset bahwa wanita tidak selemah itu, wanita tidak hanya memikirkan cantik, wanita tidak hanya ada dibelakang sesosok laki-laki. Melainkan dengan adanya wanita, kehidupan sehari-hari menjadi penyeimbang. Bak buffer yang datang di waktu yang tepat, Wanita juga banyak yang berprestasi. Jadi ini jelas tidak membahas kodrat yang ada ya.

Baik kembali lagi ke baperan, baperan itu sendiri bisa dipicu oleh banyak hal antara lain tempramen bawaan yang sangat sensitif, kejadian yang dialami begitu pelik, gagal move-on dari permasalahan itu sendiri, menyukai ketenangan atau suka menyendiri dll. Nah dampak dari baperan itu sendiri adalah kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru, kesulitan berkonsentrasi, ganggguan emosi, dan pastinya akan mempengaruhi kehidupan secara keseluruhan.

Bukan pula tentang membahas “ini kan termasuk salah satu keunikan yang Allah kasih” , “Bukankah orang baperan juga punya dampak positif bagi orang yang diberi, katanya suka pakai 2 sudut pandang, jadi engga salah dong jadi orang baper.”

Em begini teman-teman, semua yang Allah ciptakan memang memiliki 2 sisi yaitu baik-buruk, kanan- kiri, atas- bawah, bagus – jelek dsb. Namun jika kita selalu memanfaatkan kalimat “aku diciptakan Allah menjadi orang yang baper, ya inilah aku apa adanya. Suka ya syukur, engga juga engga masalah.” Mungkin kita sering mendengar pembelaan “ini lho aku apa adanya.” entah itu hanya sebatas kata di status sosmed, atau ucapan lisan dalam sebuah pembicaraan.

jika kita selalu bernaungan di kalimat tersebut, negatif dan logikanya kenapa kita tidak membuat hal terburuk sekalian ? toh nanggung kan setengah-setengah dalam melakukan level kesalahan namun memanfaatkan sifat dari asma Allah al-afuw dan memanfaatkan kata manusia tempatnya salah ? totalitas aja kalau begitu konsepnya.

Yap mungkin beberapa kali saya ingin mengajak teman-teman untuk memiliki 2 sudut pandang, semacam pluralis tapi engga kok. Kita diberi daya fikir dan nalar tentang baik – buruk agar kita bisa analisa dan kaji untuk pilihannya nanti kita tiru atau kita ambil hikmahnya. Jika ada suatu kebaikan yang kita dapat, maka ambilah dan ikutilah. Namun,  jika kita menemukan suatu kesalahan, maka maafkanlah dan benahilah. Bukan serta merta terus bersembunyi dari kebenaran

Terkadang alasan kenapa orang bisa baper juga menggunakan hukum sebab-akibat. Iya saya setuju, engga mungkin kan tiba-tiba ada orang nangis sendiri tanpa ada suatu kejadian yang bisa membuatnya nangis. Tidak mungkinkan normalnya jika ada orang yang tiba-tiba merasa benci teramat sangat terhadap seseorang lainnya. Sebenarnya ya bisa jadi aja sih, tapi kan itu engga normal.

Gini kita coba bayangkan sebuah pengibaratan tentang cewe yang baper karena cowo yang dianggap terlalu caper. Tau ngga kenapa cewe gampang dimodusin ? simple, kalau cowok modusin cewe berarti disini kita berbicara 2 pihak yaitu cowo dan cewe. Yang mau masuk adalah cowo, namun kuncinya ada di cewe boleh ngizinin atau engga adalah hak prerogatifnya cewe. Nah disini kira-kira yang bisa buka pintu itu cowo atau cewe ? ya tentunya cewe.

Jadi kalau misalnya ada yang mau modus, ketika ada laki-laki mau masuk, sekarang tinggal gimana cewenya mau buka pintu atau engga.

Nah biasanya nih ada pertanyaan, jadi yang salah siapa ? ya yang salah keduanya dong. Jangan main salah-salahin satu pihak saja,  jangan merasa satu pihak lainnya yang menjadi korban, dua-duanya salah. Makanya kita harus introspeksi diri sebagai cowo dan sebagai cewe gimana menjaga kehormatan martabat masing-masing, dan saling menjaga kehormatan yang lain supaya kita sama sama mendapatkan kebaikan.

Nah korelasi buat kita belajar dari larutan buffer yang ternyata engga baperan, kita diketuk untuk memiliki sifat seimbang (stabil) dalam menjalani kehidupan yang penuh suka duka atau di kimia layaknya asam basa., ya wajar jika kita mendominankan rasa tapi jangan lupa kita tetap punya logika yang masih harus bisa mengontrol rasa kita. Kita harus menjaga diri agar tidak tersakiti ataupun menyakiti. Karena bagaimanapun juga, di bumi ini yang manusia bukan cuma saya, kamu, tapi kita semua.

Nah dampak yang terjadi dari sikap kita yang stabil tadi adalah kita lebih bisa berperan dalam kebaikan. Misalnya ada yang mendekati kita hanya karena modus ,sebagai manusia wajar kita punya rasa suka balik ke si doi, tapi dibanding kita terjebak di nafsu sementara, yang berujung dengan saling menyalahkan. Bukan alangkah baiknya kita menyalurkan rasa ini menjadi sebuah karya, menulis misalnya hehe.

Komentar