[ Part 1] Laki-laki vs Perempuan

Resume ini diadaptasi dari Buku “Why Men Lie” (mengapa laki-laki suka berbohong) karangan dari Barbara dan Alan Peasse. Buku yang menceritakan dan memberi ilustrasi terkait perbedaan antara sudut pandang laki-laki dan perempuan ini bukan merupakan rilis buku mereka yang pertama kali booming, sebelumnya mereka pernah merilis buku dengan judul “kenapa laki-laki tidak bisa mendengarkan dan perempuan tidak bisa membaca peta” cukup menggambarkan dengan logis terkait hal-hal yang selama ini cukup sering diperdebatkan oleh Kaum Adam dan Kaum Hawa terkait ketidaksinkronan mereka.

Isi dalam pembuka pada bagian pengantar, penulis menjelaskan alasan kenapa laki-laki suka berbohong, laki-laki suka sekali dianggap benar (tidak mau disalahkan), dan laki-laki cenderung menghindari ikatan.

Penulis menuliskan bahwa menjadi laki-laki di era ini ternyata rasanya semakin berat . Terlepas dari beban utama tentang tugas tulang punggung keluarga, keberadaan Kaum Feminisme rasanya cukup membingungkan Kaum Adam untuk berpatokan “laki-laki yang benar dan memiliki harga diri dimata perempuan itu seperti apa ?” 

Dahulu sebelum era 20-an, keberadaan Kaum Pria jelas memiliki peranan menjadi kaum superior yang dalam artian mereka pencari nafkah, mereka menjadi imam keluarga yang diikuti para perempuan, mereka bertugas melindungi keluarganya dan menjamin kesejahteraan keluarganya. Namun sekarang atas nama kebebasan yang sebagian wanita sepertinya gagal memahami dengan mulai menggantikan fungsi utama pria di linimasa kehidupan sehari-hari cukup membuat pria terlihat seperti tidak memahami aturan main dunia.

Hal ini yang menyebabkan tak sedikit dari mereka dicerca hingga mungkin teman-teman pernah mendengar bahwa tingkat depresi yang dialami wanita itu lebih banyak (jumlahnya) dibandingkan pria, namun ternyata tingkat bunuh diri terbanyak justru dialami oleh kaum pria. 

Ada beberapa lelucon yang menyudutkan pria, bahwa didalam kamus kehidupan wanita ternyata pria justru sumber dari masalah yang terjadi di kehidupan mereka :

1.      Men-opause

2.      Men-strual pain (PMS)

3.      Men-tal illness

4.      His-terectomy

5.      Guy-necologist

Dan masih banyak guyonan lain yang parahnya memang dikhususkan untuk menjadi jokes-sarkas untuk para pria.

Baiklah kali ini, mari kita bahas perihal “Mengapa pria bisa berbohong ?”

Wahai Kaum Hawa, pernah tidak saat kau sedang PDKT dengan seorang pria, tanpa kamu tanya tentang “Bagaimana perasaanmu dengan mantamu ?” tiba-tiba ia seolah meyakinkanmu bahwa ia telah berhasil melupakan mantannya. 

Padahal intuisi wanita itu sulit sekali dibohongi, hey Pria ! wanitamu tahu kok foto mantanmu masih kau simpan di laman facebookmu. Kontak whatsappnya masih berisi chat manis kenangan antara kalian yang telah usang, bahkan polaroid yang pernah kalian cetak masih terpampang jelas di tembok monokrom kamarmu, wanitamu tahu itu.

Kamu ingat bagaimana kamu membatalkan janjimu dengannya di suatu malam dengan alasan bahwa ibumu sedang sakit atau kamu  ada keperluan mendadak , lalu kamu mendapati pertanyaan dari perempuanmu yang menanyakan tentang alasanmu, sebenarnya perempuan-mu tahu apa yang kamu sembunyikan. Ia bertanya hanya karena ingin mengetes kejujuranmu saja 

Lalu sebenarnya disini “siapa yang berbohong ?”

Kesan "bohong" biasanya akan ditampilkan oleh seseorang pada awalan mereka ketemu/pdkt untuk mendapat kesan dari sang objek berupa good first imppresion. Sebenarnya hampir kebohongan yang dilakukan kaum Adam adalah kebohongan putih. Kebohongan yang ditujukan agar hidup setelahnya damai-damai saja dengan menggunakan distorsi yang lebih halus (tidak dengan anarkisme) dibanding dengan mengatakan hal-hal atau fakta yang ternyata jika terucap akan sangat menyakitkan untuk didengar atau diterima.

Rumusnya adalah : Ucapkan sesuatu yang menyenangkan (namun bukan kebenaran yang absolut) !

Misal, hari ini kamu telah janjian menemui teman lamamu, ternyata teman lamamu mengalami perubahan fisik yang signifikan berupa penambahan berat badan. Jika kita berbicara tentang etika, maka tolong jangan bahas “ih kamu gendutan” meski nyatanya kadang kita merasa itu hanya sebuah kalimat basa-basi untuk mencairkan suasana, namun nyatanya hal itu akan berbeda reaksi, apalagi jika kamu membicarakannya kepada perempuan. 

Kamu tau apa reaksinya ? Saat itu juga temanmu rasanya ingin melenyapkanmu dari muka bumi ini dan mengumpat “kenapa sih mulut laki-laki sepertimu lenjeh banget”. Akan lebih aman sepertinya jika kamu mungkin menggunakan pertanyaan basa-basi berupa “gimana kabarmu satu tahun belakangan ini, bahagia bukan ?”

Pertanyaanya adalah “kapan terakhir kamu berbohong ?” hm, mungkin bohong yang tidak benar benar bohong. Misal ketika kamu ditanya : “are u okay ?” , kamu memilih jawaban “yes i'm okay” padahal di waktu yang bersamaan juga kamu sedang mengalami insecurity yang tinggi, overthinking yang overload dll namun kamu memilih jawaban itu dengan niatan tidak ingin melanjutkan pembahasan sesuatu yang kamu anggap privasi. Ya, hal itupun termasuk dalam list kebohongan putih.

“Hanya musuh saja yang mengatakan kebenaran, teman-teman dan keluargamu biasanya berbohong tanpa henti”

Komentar