“Vi makasih ya semalem udah ngerepotin kamu, ini aku udah sampai dirumah. iraha anjeun cicing main ka imah ya (kapan–kapan gantian main kerumahku ya).” tulis Denica yang baru saja sampai rumahnya sekitar pukul 9 pagi tadi. Denica mulai melepas rindu dengan seisi rumah dan penghuninya, lalu tak lama kemudian ia memilih untuk mengistirahatkan badan ke kamarnya yang bernuansa pallete soft purple
Lagi lagi atas dasar iseng, ia membuat snap wa yang bertujuan memanas-manasi teman-teman dekatnya yang masih menetap di Bandung untuk menandakan bahwa ia sudah sampai di tempat ternyamannya, ya rumah. Tak disangka selang beberapa waktu, sahabat kecilnya tepatnya sahabat semenjak SD me-reply statusnya dengan ajakan yang isinya sangat menarik “kamis ikut aku mendaki yuk, itung itung kita reunian den. udah 2 tahun loh ngga temu kangen ” tulis singkat Kaila
Denica cukup tertantang sekaligus cukup tertegun serta membaca ulang tulisan tersebut. Ia sejenak berfikir sejak kapan si Kaila memutuskan untuk berani mendaki, karena setau ia kaila ngga terlalu suka dengan yang namanya gunung. “kai , sehat ?” jawabnya singkat tak menghiraukan ajakan tadi “Gimana tawaranku mau ngga ?” Tanya Kaila lagi
Denica sontak tertawa melihat jawaban dari Kaila yang sepertinya ngebet banget mendaki, akhirnya atas dasar kepo akan alasan Kaila ingin mendaki pun atas dasar kerinduannya dengan perjalanan alam, Denica mengkonfirmasi menerima ajakan tersebut dengan rasa excited.
Sore hari setelah ia mengistirahatkan
dirinya, ia yang memang terkenal dengan anak rumahan dikagetkan akan kedatangan teman
SMA-nya yang memang hobbi membuat surprise bagi dirinya sedari dulu. Sore
itu, Wina beserta Yani mengunjunginya tanpa menghubunginya terlebih dahulu.
Ekspresi yang jelas Denica beri kepada mereka saat pertama kali menjawab salam adalah tertegun melihat polah teman dekatnya ini. “yaa Allah kok bisa udah disini aja si win, yan ? ngga bisa gitu kabar kabar dulu, aku kan belum siap-siap ihh.” Ucap Denica menyambut mereka berdua.
Wina dan Yani adalah salah dua dari teman terdekat saat Denica SMA. Mereka memiliki kesibukan yang berbeda dengan Denica, setelah lulus SMA mereka memilih untuk bekerja dibandingkan melanjutkan pendidikan. Sebenarnya mereka-pun bukan memilih untuk tidak bermimpi tinggi alias melanjutkan pendidikan tinggi, namun kali ini lagi-lagi takdir memaksa mereka untuk menerima jalan lain, jalan yang mereka harap adalah jalan yang terbaik untuk kedepannya.
Meski berbeda, Denica dan mereka-pun saling support satu sama lain. Hal yang selalu membuat Denica semangat adalah tentang ucapan mereka “wisudamu, aku datang kok nic hehe, mungkin juga tanpa kabar-kabar.” dan begitupula Denica yang selalu mencoba berusaha menyempatkan waktu disela-sela kesibukan kuliahnya mencoba beberapa kali berkabar untuk mengatakan “eh kerjanya yang semangat yaa, kita kan mau on top bareng walau jalan summitnya beda.”
Hehe jooks kecil ini yang selalu mereka pertahankan sebagai bentuk menjalin tali silaturahmi yang terhalang akan kesibukan dan jarak. Mereka pun acapkali bercerita sembari flashback hal-hal gokil yang pernah mereka laluin bareng, “aah big love u friends” ucap Denica dalam hati.
Yaa hari itu hari pertama yang begitu menyenangkan bagi Denica untuk menikmati liburan akhir semester di kampung halamannya. Denica bersyukur memutuskan untuk pulang gasik yang berarti dia bisa berkesempatan untuk mendaki dan menjalani liburan lainnya lebih lama di rumah.
Tak terasa hari berlalu begitu cepat, dan sekarang sudah Rabu saja. Hal ini menandakan bahwa esok Denica akan reuni bersama Kaila si sahabat kecilnya. Alih-alih menyiapkan peralatan mendaki dan kebutuhan yang ia akan bawa esok hari, tiba-tiba ia mendapat distraksi berupa telepon dari katingnya, sebut saja Kak Risa yang biasa ia panggil Teh ica.
Bagi Denica yang memang tidak menyukai komunikasi lewat suara, ia tidak mengangkat telepon tersebut namun langsung menghubungi via chat “Hapunten teh, kumaha ya?” karena Teh Ica merupakan salah satu kating yang memiliki kedekatan khusus dengan Denica, otomatis ia tahu salah satu ketidaksukaan Denica perihal ngobol via telp. Responnya adalah langsung memahaminya.
Ternyata Teh ica memintai tolong Denica untuk lembur deadline mengurus press release acara yang baru mereka laksanakan 1 minggu yang lalu. Tanpa pikir panjang, akhirnya Denica-pun mengiyakan permintaan itu meski Denica tau itu sebenarnya bukan tugas Denica yang saat itu hanya diamanahkan menjadi koor dekorasi acara, namun Denica pikir apa salahanya membantu toh buat acara sendiri.
Akhirnya karena ia harus mengumpulkan beberapa data dan informasi yang agak tercecer dan random, Denica menghabiskan waktunya untuk menyusun dan mereview serta mengedit sendiri tulisan yang ia buat sedari siang. Sebenarnya hal yang ia lakukan tidak butuh memakan waktu lama namun berhubung ia melaksanakan sendirian dan itu harus dari nol banget (mencari informasi dkk) ia hampir menghabisakan waktu setengah hari untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Seperti seolah lupa bahwa esok ia akan mendaki, ia mulai kembali berleha-leha di depan layar laptopnya untuk menikmati me-time dengan nonton film bergenre action yang direkomendasikan oleh si Vio kemarin sewaktu diperjalanan. Thriller yang Vio spoilerkan cukup membuatnya tertarik untuk mendownload film yang baru saja rilis sekitar 3 bulan-an tersebut. Meski sebenarnya ia tidak suka film bergenre action, ia tertarik akan pelajaran dan alur yang Vio sampaikan. “waah parah, Vio mau nyoba nge-adictin aku sama genre action nih hehe.” Imppresion Denica saat ia selesai menyelesaikan film di episode 1-nya, btw ia telah mendownload 3 episode lainnya untuk ia tonton nanti.
Saat ia hendak pergi untuk mengambil minuman hangat (karena cuaca di kampungnya dingin) ia melewati ruang tengah yang disana terpampang foto dengan bingkai ukuran 10 R yang didalamnya berisikan dokumentasinya saat pertama kalai pendakian , ia berada di puncak tertinggi di Jawa tengah, Gunung Slamet dengan ketinggian 3428 mdpl yang ia kunjungi sekitar 2 tahun lalu bersama sahabatnya ara. Melihatnya sontak membuat ia teringat akan pendakiannya yang ia rencanakan besok dengan Kaila yang sampai detik ini (H- 10 jam) belum ia siapkan apa-apa.
“Astagfirullah Denicaaaaa kok sampai lupa gini sih, ih kebiasaan deh.” keluhnya pada dirinya sendiri. Denica langsung menghubungi Kaila untuk menanyakan persiapan yang sudah Kaila lakukan, ia berharap dapat jawaban yang cukup menyejukan dari sahabatnya itu. Namun lagi-lagi Kaila justru mengejutkan Denica bahwa ia tidak tahu harus menyiapkan apa saja untuk pendakian yang besok mereka rencanakan.
Denica sontak langsung menghubungi teman SMA-nya yang memang menyediakan peralatan mendaki berharap besok pagi ia dapat menyewa 1 tas gunung lengkap dengan daypacknya serta beberapa peralatan lain seperti tenda dan peralatan masak.
Alih alih menunggu jawaban temannya, Denica ingat perihal rencana yang sangat tidak karuan yang Kaila tawarkan tanpa adanya kejelasan berupa sama siapa pendakian ini dilakukan, kemana kita akan mendaki dll. Batin kecil denica "bahkan aku ngga tau destinasi gunung dan medanseperti apa yang akan kita lewati sementara aku mendaki bersama Kaila yang bahkan untuk masalah peralatan dan kebutuhan pendakian aja dia ngga tahu."
Denica langsung mencoba menanyakan lagi terkait rencana yang sangat mendadak dan konyol baginya. “Kai, kita mau mendaki kemana sih ? kok kamu ngga kasih tau aku. Terus siapa aja yang ikut pendakian ini? jangan bilang kita berdua doang loh kesasar nanti kita eh.” tulisnya salah satu chat diantara spam chatnya via wa.
Tak lama kemudian,
temannya yang menyewakan peralatan mendaki itu mengabari bahwa ia tidak bisa
berjanji menyewakan karrier dikarenakan karrienya memang sudah habis terbooking
oleh orang lain yg sudah menghubunginya jauh-jauh hari namun untuk permasalahan seperti nesting, kompor gunung bisa pakai punya dia pribadi (gausah sewa). Mendapat respon tersebut, denica sadar ia tak
bisa menyalahkan temannya, toh ia yang ngawur punya planning tapi sukanya
deadline. Akhirnya denica-pun meminta maaf dan berterima kasih atas jawaban yang
temannya beri .
Lama tak kunjung ada
jawaban dari kaila, denica merasa cemas karena sekarang waktu sudah menunjukan
pukul 11 malam sementara plan yang ada seperti tak pasti.
"Kok bisa ya ada orang seaneh Kai, yaa Allah" ucap denica dalam hati
Komentar
Posting Komentar