teringat sebuah perkataan dari diskusi ringan antara saya dengan kaka tingkat saya yang sempat sebidang di ukm yang sama. Bertukar pikir, mengasah nalar kritis, berbagi referensi, merupakan hal yang sering kita lakukan.
Di
suatu hari saat kami sedang mengonsep sebuah kegiatan yang tujuannya adalah
memajukan pers di lingkungan kampus, tersurat secara lisan pertanyaan yang
menurutku dia memang suka jadi dosen dadakan tentang “Menurutmu kita harus netral atau independen
muth ?”, “atau netral dan independen ?”
“coba pilih salah satu, jelasin kenapa kamu memilih itu.”
Tersirat
yang kuingat saat itu, aku langsung tertawa kecil berkata menimpali, “skor
ujian kali ini dapat bonus tidak?”. Baginya yang memang memiliki selera humor, langsung mengeluarkan
uang berwana biru lalu berkata “abis ini kita mau kemana nak ?” Haha kilas
flashback yang cukup terekam di memori ini.
Balik
ke topik, sekilas netral dan independen memang terlihat sama ya. Semacam makna dari kata adil dan bijak, yang ternyata nampak
sama namun berbeda.
Pertanyaan
yang otomatis akan ada di pikiran kita jelas mengarah “emang apa perbedaanya?”.
Baik pertama kita tinjau dari segi arti katanya terlebih dahulu ya. Dalam KBBI,
Netral berarti tidak memihak, bebas, tidak berikatan. Sedangkan untuk
independen arti kata menurut KBBI adalah yang berarti bebas, merdeka, dan
berdiri sendiri
Aku
yang memang sedari awal mengenalinya sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan
logis dan spasial yang dia tunjukan dalam tekhnik analisanya dalam berfikir, menyusun kata, dan mengolah dalam
public speaking, semacam aku terpana saat itu padahal tak ada gombalan apapun yang
ia lontarkan, haha bercanda.
Kita
sambungkan dengan profesi dan pekerjaan, paling mudahnya karena kami sama-sama
belajar tentang jurnalistik yang tentunya berhubungan dengan pers, wartawan,
dan berita. Kami alihkan pembicaraan ini ke ranah jurnalistik.
Dia bilang, “Kita harus independen mut. Kita tidak boleh dipaksa untuk berbuat dan bersikap, atau tidak berbuat dan tidak bersikap.”
Timpalku reflek “ udah baca
prees realleasnya Talkshow Media Bening sama PWI Jateng belum yang mengenai
wartawan harus netral dan independen ? toh sistematika netral juga begitu kan?”
dia melanjutkan penjelasannya “Nih mut, kalau misalnya ada pemilihan kampus Apakah berarti kita sebagai wartawan harus netral yang bersifat golput, dimana golput itu mengarah ke apatisan ? tidak kan.
Kita tetap memihak tapi kita harus
memihak terhadap yang benar, kita independen tapi kita punya pilihan.”
Tak
sengaja dalam lintasan pikiranku saat itu kok kaya kenal quotes ini ya. Kuingat
ingat lagi ternyata itu sekilas mirip dengan ucapan Dahlan Iskan. Saat itu aku
yang merasa bisa saja mendebatnya dengan
argumen “Bisa tidak membedakan hak pribadi dan hak profesi ?” namun karena
disitu saya merasa harus ada yang saya dengar tanpa sanggah untuk bisa
menyelami banyak karakter orang, saya hanya manggut dan berkata “oke , saya no
comment.”
Kalian
tau, saya kira dengan ucapan tersebut perdebatan diantara kita akan usai, dan
saya akan menjadi pendengar yang seakan ulung. Namun sepertinya saya salah
memilih jawaban. Jawaban saya disanggah lagi “ Nah ini contoh kenetralan yang
tidak bertanggung jawab, seolah sedang menerima di lisan namun malah mengumpat
di hati , debat saja.”
Sungguh
hari itu aku belajar banyak dari dia, belajar tentang kenetralan,
keindependenan, dan yang jelas plus-plus kesabaran. But, i like it. Pembicaraan
tentang kepastian yang mengandung ketidakpastian-ketidakpastian lainnya.
Dia
semacam pakar psikologi yang membaca raut ekspresiku dengan benar, dia berkata
singkat “maaf kalau ada salah-salah kata muth ngga ada niatan menjadi orang
sarkas kok hehe, ngetest aja kamu baperan atau bufferan
hehe. “ Oke fiks saya suka permainan otak dan permainan kata ini, “aku ikut
aturan main kok hehe”
Dia
melanjutkan ucapannya “Netral itu buat aparat mut, sedangkan untuk kita yang
bergerak dibidang media kita hanya perlu independen.” Dan saat setelah cukup
lama kita berdebat yang akhirnya atas nama kebenaran dan berlandaskan data.
kita cari ulang beritanya, ternyata redaksi yang aku beri salah, benar ia
“Media independen.”
Penjelasan
yang ia berikan di penutup diskusi ini, ia termasuk orang suka menganalogikan
agar mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Independen itu merdeka mut, ia bebas
bertindak ataupun tidak bertindak, tak ada yang mengatur.
Sedangkan
netral lebih ke tidak berpihak kareana tidak perduli, kalau independen
cenderung dinamis meski tetap memiliki pro kontra tersendiri. Ingat ya mut
sebebas bebasnya kita juga punya aturan main. Kita bebas berpendapat tapi bukan
berarti kita bisa sewenang-wenang dalam berbicara. Ucapnya di penghujung acara.
Komentar
Posting Komentar