[ Kita hidup di kacamata orang lain, beberapa kali pula kacamata itu hampir membunuh sebagian dari diri kita ]

Untuk kamu yang selalu mencoba merasa mengerti perasaan sekelilingmu,

Mencoba menebang egomu sendiri,

Berperilaku seolah mempersilahkan dan memaklumi semua kondisi yang terjadi

di suatu waktu, percayalah kamu tetap punya titik lelah

Kamu manusia biasa yang tetap memiliki salah dan khilaf (sama seperti mereka)

Kamu manusia biasa yang tetap punya kadar emosi negatif (sama seperti mereka)

Kamu manusia biasa yang tetap tidak bisa dipungkiri bahwa kamu butuh dihargai dan dimengerti (sama seperti mereka)

Bedanya,

Kamu selalu mencoba menyembunyikan itu

Kamu selalu mencoba bersikap bahwa kamu bisa menghadapi semuanya dengan baik-baik saja

Dan mereka, mungkin mereka sama sekali tidak memerdulikan kamu hehe

 

Mungkin kamu benar,

kamu hanya ingin menjadi baik bukan semata terlihat baik

Bahkan saking baiknya, kamu sampai tidak bisa menyaring prioritas mana yang harus paling kamu 'perbaiki'.

 

Kamu menganggap semua sama,

sama seperti kamu yang ga enakan

makanya kamu enggan nolak kalau ada hal yg sebenarnya bukan kapasitasmu namun karena kamu tidak ingin mengecewakannya, kamu mengiyakan kemauannya.

Kamu menganggap semua hal baik,

Saking baiknya saat ada yang melukai dirimu secara sengaja, kamu berfikir ‘dia mungkin lagi khilaf, aku yakin dia tidak seperti itu’

 

Aku jadi ingat terkait kata-kata pepatah bahwa ‘orang baik akan tersakiti, orang gaenakan akan diperlakukan seenaknya, orang tulus akan disia-siakan’.

Awalnya aku tidak setuju dengan kalimat ini. Kalimat yg seakan menggiring opini kita utk tidak melakukan kebaikan. Kalimat klise yang dapat dijadikan alasan untuk berbuat seenaknya kepada orang lain. Kalimat yg bisa dijadikan playing victim terhadap perlakuan buruk kita,

 

tapi layaknya sebuah pisau, jika kita lihat dari satu sisi,pisau adalah benda tajam. definisinya selesai sampai disini.

Namun jika kita mau mendengarkan dan memahami kenapa di dunia ini diciptakan pisau maka kita akan mengerti bahwa benda tajam-pun diciptakan untuk memberi manfaat.

Layaknya seperti api. Api adalah energi yang membakar. Selesai sampai dikata ‘bakar’.

Namun jika kita mau menerima dan memahami, api sangat bermanfaat bagi sebagian aktivitas kehidupan ini.

Dan semua hal, 

bahkan ketika kita mendefinisikan air.

Air adalah zat kimia/sesuatu fase yang mensucikan dan menyegarkan. Namun jika air itu ada secara berlebihan, dia adalah bencana yang berpotensi menghilangkan nyawa kita semua.



Kesimpulannya apa ?

semua punya perspektif. semua punya dua sisi. semua punya baik-buruk masing-masing. 

Kita hanya butuh keseimbangan, dan kita perlu tahu kapan kita harus menempatkan hal itu di tempat masing-masing.

Kebijaksanaan akan selalu berkait dengan kebijakan. dan kebijakan selalu datang berdampingan dengan keburukan.

Bagaimana kita tahu waktu sang fajar, jika kita tak pernah mengenal adanya sang senja. Bagaimana kita mengenal ‘putih’ jika kita tidak dikenalkan juga dengan hitam, bagaimana kamu bisa merasakan kebahagiaan jika kamu belum merasakan kesakitan. Bagaimana coba hehe ?

 

Dunia tidak pernah habis dahaganya kawan, hidup itu keras dan sifatnya kompetitor.

Kita sebenarnya sama-sama paham terkait jalan mudah menuju kesuksesan adalah ‘berkolaborasi’, ia menerima kelebihan dari masing-masing kita untuk kita outputkan kelebihan yg lebih lagi. Didalamnya kita akan saling menghargai dan belajar. Tidak ada permusuhan karena merasa saling dikalahkan.

Tapi kembali lagi, dunia butuh kesimbangan untuk keberlangsungan makhluk-makhluk yg ada di dunia itu sendiri.

Pun kamu,

kamu tidak perlu untuk selalu memukul rata kebaikan pada orang-orang yg bahkan tak pernah menerima isi kebaikanmu.

Tidak pernah ada yang salah tentang kebaikan, namun dengan selalu bertingkah seolah kamu bisa dipermainkan sesuka mereka yg tak mau memahamimu,

Aku pikir, kamu bisa mulai menyayangi dirimu dan menyayangi orang yang benar² sayang kepadamu dibandingkan kamu memukul rata rasa empatimu

 

Kamu sering sekali memikirkan, 'aku tidak boleh untuk tidak baik'

Hingga akhirnya atas dalih kebaikan, hidupmu akan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yg tidak bertanggungjawab

 

Aku tau, sebenernya saat kamu membaca hal ini lalu dalam hati berkata " kok releted sih "

Pasti sebagian dari dirimu yg lain akan memberontak lagi "tapikan aku sebenarnya ngga papa toh manusia memang tempatnya salah dan khilaf, mungkin mereka memang lagi cape, kesel, jadinya mereka seperti itu. Gapapa yok"

 

Ya Allah, sampai kapan kamu mencoba tidak jujur bahkan untuk diri sendiri ?

Kamu selalu mengorbankan hal yang tidak pernah dilihat,

tidak pernah dihargai,

tidak pernah dinilai

Bahkan saat kamu telah berjuang sebisa kamu, melewati rasa egomu, memaafkan kesalahan orang lain, menampik  kesalahan orang lain

Satu yang kita lupa saat itu :)

Kita lupa akan diri kita sendiri.

Ujung dari semua perasaan ini adalah kamu akan membenci dirimu sendiri . Hal yang paling fatal dari sebagain kejadian ini adalah tindakan melukai diri sendiri.Fikiranmu kamu menganggap bahwa dirimu tidak berguna, tidak baik dan tidak pernah maksimal. Kamu selalu merasakan pukulan dari dua sisi. Sisi internal dan sisi eksternal diri.

Mungkin karena kamu memiliki sensitivitas yang tinggi, kamu makhluk dengan dominan intuisi atau memang karena kamu suka terkait hal-hal yg rumit dan ruwet

Kamu seperti harus punya standar

‘bagaimana kamu memperlakukan orang lain, minimal kamu tidak menyakiti mereka, kamu membuat senyum untuk mereka, dll’, sedang mereka selalu bertindak semaunya kepadamu.

Kamu berusaha mati-matian jaga perasaan mereka, eh perasaanmu malah yang dimatikan sama mereka.

Mereka tidak perduli saat bertemu denganmu, ekspresi yang mereka pasang apa sedih tawa muram dll, sedang kamu selalu mencoba untuk memberi senyuman selalu untuk mereka.

Mereka sepertinya mudah sekali berkata maaf lagi males (dsb), sedang kamu selalu ada di posisi memaafkan sekaligus selalu meminta maaf hehe. Capek yaa :”

 

Kamu lupa mungkin bahwa sebaik apapun kamu,

kamu akan tetap salah dimata orang yang tidak mau menerima kebaikanmu

dan seburuk apapun kamu, kamu bisa dianggap baik oleh orang yang selalu memandangmu akan berubah esok hari..

Sebenarnya banyak hal yg berbeda namun perbedaannya seperti benang tipis (tidak terlihat).

Contoh Self-love dan egois, percaya diri dan sombong dan masih banyak hal lainnya. Yang membedakan hal tersebut ada pada kadar, tujuan dan niatan kenapa kamu melakukan itu.

 

Sebagai penutup tulisan ini, kesimpulannya adalah

1.      Kita tidak bisa memukul rata kesenangan dan ekspetasi semua orang, fokus saja pada hal-hal yang membuat Allah senang (Membahagiakan keluarga, sahabat circle dekat, dll)

2.      Egois sesekali itu perlu, tidak perduli perkataan orang lain sesekali itu perlu. Bodo amatan buat hal yg engga penting-penting amat juga kudu.

Kenapa ? hay babe kamu udah berapa kali buat engga enakan coba ? kamu udah beberapa kali selalu memperhatikan perkataan mereka samapai akhirnya kamu selalu kesampingkan diri sendiri ? Berapa kali kamu mengizinkan untuk dirimu dilukai oleh kamunya sendiri ?

3.      Memang kita perlu membiasakan diri bahwa presentasi penilaian manusia sangat mungkin menilai dengan kadar 99 kali kamu berbuat kebaikan, 1 kali kamu melakukan kesalahan maka kamu akan dianggap selalu salah. Sementara Allah, 99 kali kamu melakukan kesalahan dan 1 kali kamu melakukan kebaikan, Allah memiliki 100 lebih pintu untuk memaafkan hambanya

 


Komentar